KEMERDEKAAN DIMULAI DARI KEBIASAAN

Dalam perancangannya, desain ini mencoba mengisyaratkan mengenai didikan dari orang yang lebih tua mengenai kemerdekaan terhadap kaum muda agar pergerakan dan keeksistensian kemerdekaan Negara Indonesia dapat terus berlangsung sepanjang zaman, turun temurun, terus maju dan aktif tidak terhenti.
Jika dilirik kenyataannya, banyak para orang tua mengutamakan pendidikan bahasa asing terhadap anaknya, itu tentu saja merupakan hal baik, namun banyak dari mereka lupa untuk mengajarkan anaknya (dan kaum muda) mengenai hal-hal yang berkaitan dengan nasionalisme. Ironis, jika anak bangsa lebih jauh mengenal kebudayaan asing ketimbang budaya lokal. Ironis, jika anak bangsa menjadi bintang kelas, superstar, sosok terpandang, namun tidak mengenal lebih dalam mengenai bangsanya. Jadi apa yang harus dibanggakan dari bangsanya?

Hal ini menjadi masalah negara yang tersirat. Perlu adanya semangat, dorongan, dan peran aktif antar sesama untuk berperan dalam menggerakan kemerdekaan, bukan hanya sekedar peranan yang terbelenggu dalam mata pelajaran di bangku pendidikan, sebab  setelah melepas bangku pendidikan kita akan semakin lupa mengenai pelajaran tentang kenegaraan.

Maka dari itu, desain ini mencoba mengisyaratkan pesan bahwa kemerdekaan harus tetap eksis tanpa mengenal waktu, usia, dan aspek lainnya. Dapat dilihat dari percakapan antara ibu dan anak dalam pesan singkat yang menjadi ide utama dari visual yang tertampil pada desain ini. Penting bagi kita untuk saling menyadarkan mengenai kemerdekaan melalui hal-hal kecil yang berkaitan dengan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti seorang ibu dalam desain ini, yang sedang memberikan contoh mengenai hal-hal yang menyangkut kemerdekaan yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari anaknya. Dengan memberikan contoh yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari, diharapkan ini menjadi terobosan untuk membiasakan diri terhadap perilaku-perilaku yang dapat memperkuat nilai-nilai kemerdekaan bangsa. Diharapkan kemerdekaan menjadi kebiasaan dalam perilaku sehingga secara tidak sadar kita bangga karena ikut berperan aktif dalam menggerakkan kemerdekaan, bukan hanya terpaku pada mata pelajaran, sebuah kotak yang mencakup banyak pendidikan untuk mengejar nilai yang memuaskan, namun setelah keluar dari kotak tersebut semua perlahan tenggelam ditelan waktu dan usia. Karena menurut saya kemerdekaan itu lebih pantas diikrarkan dengan sebutan "kita sedang merdeka" bukan "kita telah merdeka". "Sedang" berarti akan ada terus perilaku-perilaku yang dapat mengasah nilai-nilai kemerdekaan sehingga akan terus menjadikannya sebagai kemerdekaan yang sempurna, sedangkan "telah" berarti kita sudah berhenti karena telah puas atas julukan merdeka yang sudah diperjuangkan para pahlawan negara pada masanya. Mari kita membiarkan kemerdekaan terus bertumbuh.

Sedangkan untuk mengangkat nilai-nilai persamaan dan persaudaraan, pada desain ini digambarkan melalui percakapan antara ibu dan anak. Karena seperti yang saya coba ungkapkan di atas, kemerdekaan itu bermula dari kebiasaan sehari-hari. Banyak dari anak muda Indonesia ternyata lebih memiliki keakraban dengan dunianya (lingkungan, orang-orang di luar keluarga) daripada dengan anggota keluarganya sendiri, termasuk orang tua mereka. Melalui desain ini, diharapkan mampu membuka mata kita semua dan menyadarkan bahwa keluarga/saudara mampu memberikan yang terbaik yang mungkin tidak kalah baiknya dengan persepsi bahwa dunia luar jauh lebih baik.

Sisi lain dalam upaya mengangkat nilai persamaan dan persaudaraan dalam desain ini juga terdapat dalam isi pesan singkat yang dikirimkan oleh ibu kepada anaknya, yang membahas "lihatlah foto-foto dirimu bersama teman-temanmu, apakah kalian terlihat berbeda namun tetap gembira?". Kalimat ini tegas mengajarkan kepada kita untuk menyingkirkan jauh-jauh segala bentuk perbedaan yang ada diantara sesama, sehingga kita semua dapat berdiri dengan kokoh bersama-sama dengan gembira ria di atas perbedaan yang ternyata mampu menyatukan kita, mempererat hubungan kita dengan sesama dan sekitar.

Dari segi aspek identitas bangsa, dalam desain ini dipenuhkan oleh nuansa warna-warna yang menjadikan ciri khas Bangsa Indonesia, yaitu merah dan putih, juga terlihat pada tema telepon genggam yang digunakan oleh anak tersebut yang bertemakan/bercorak batik yang menjadi tema latar belakang posisi nama tujuan percakapan (ibu) dan pada latar isi pesan. Kemudian aspek identitas bangsa juga ditampilkan melalui foto profil yang digunakan oleh ibu dan anak tersebut, yang mengenakan pakaian daerah, lebih terlihat pada si anak yang bajunya bercorak batik. Serta terlihat pula tampilan waktu pesan terkirim yang berawal pada pukul 17:08 (yang berarti 17 Agustus) dan berakhir pada 17:45 (yang berarti tanggal 17 di tahun 1945), yang dimana angka-angka tersebut merupakan angka-angka penting dalam sejarah kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

#tjokroartcontest

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN INDONESIA MERDEKA